nmb

m
Imagination is more important than knowledge. Stop dreams and start actions.
My email address: suhartiag@yahoo.com



Jumat, 21 Juni 2024

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)

 

Apa itu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila?

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.

 

Projek adalah serangkaian kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu dengan cara menelaah suatu tema menantang. Projek didesain agar peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Peserta didik bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan untuk menghasilkan produk dan/atau aksi.

 

Mengapa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila perlu dilaksanakan?

Projek penguatan profil pelajar Pancasila, sebagai salah satu sarana pencapaian profil pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya.

 

Projek penguatan profil pelajar Pancasila diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya.  Penguatan projek  profil pelajar Pancasila diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 

Prinsip-prinsip projek penguatan profil pelajar Pancasila

1.   Holistik, bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah.  Dalam konteks perancangan projek penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka berpikir holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam.

 

2.   Kontekstual, berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran.

 

3.   Berpusat pada peserta didik. pembelajaran mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri, termasuk memiliki kesempatan memilih dan mengusulkan topik projek profil sesuai minatnya. Pendidik diharapkan dapat menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongannya sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.

 

4.   Eksploratif, berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur maupun bebas. Projek penguatan profil pelajar Pancasila tidak berada dalam struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata pelajaran.

 

Manfaat projek penguatan profil pelajar Pancasila

1.  Manfaat untuk satuan pendidikan

·     Menjadikan satuan pendidikan sebagai sebuah ekosistem yang terbuka untuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat.

·     Menjadikan satuan pendidikan sebagai organisasi pembelajaran yang berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas di sekitarnya

 

2.  Manfaat untuk pendidik

·     Memberi ruang dan waktu untuk peserta didik

·     mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil pelajar Pancasila.

·     Merencanakan proses pembelajaran projek profil dengan tujuan akhir yang jelas

 

3.  Manfaat untuk peserta didik

·       Mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter profil pelajar Pancasila untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.

·       Mengasah inisiatif dan partisipasi untuk merencanakan pembelajaran secara aktif dan berkelanjutan.

·       Mengembangkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam mengerjakan projek pada periode waktu tertentu.

·       Melatih kemampuan pemecahan masalah dalam beragam situasi belajar.

·       Memperlihatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu di lingkungan sekitar sebagai salah satu bentuk hasil belajar.

·       Mengasah daya belajar dan kepemimpinan peserta didik dalam proses pembelajaran.

 

 

Budaya satuan pendidikan yang harus disiapkan untuk mendukung pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila

 

Berpikiran Terbuka.  Satuan pendidikan diharapkan dapat menghidupkan budaya senang menerima masukan, terbuka terhadap perbedaan, serta berkomitmen terhadap setiap upaya perbaikan untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

 

Senang Mempelajari Hal Baru.   Pada dasarnya perkembangan setiap individu sebagai seorang pembelajar akan terhenti jika ia tidak lagi senang mempelajari hal baru.

 

Kolaboratif. Kegiatan pembelajaran berbasis projek yang dinamis membutuhkan lingkar sosial yang mendukung dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini budaya kolaboratif menjadi hal yang penting untuk dibangun dibandingkan dengan budaya kompetitif. Diharapkan budaya kolaboratif dapat mendorong semangat senang bekerja sama, saling mengapresiasi, dan saling memberikan dukungan satu sama lain.

 

 

Peran pemangku kepentingan dalam pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Para pemangku kepentingan yang berperan dalam pelaksanaan P5 adalah dinas pendidikan, komite sekolah, masyarakat (orang tua), mitra, kepala sekolah, pendidik dan peserta didik.

 

 

Berikut ini diuraikan peran kepala sekolah, pendidik dan peserta didik yaitu sbb;

 

1. Kepala Satuan Pendidikan. 

·     Membentuk tim projek dan turut merencanakan projek

·     Membentuk tim projek profil dan turut merencanakan projek profil.

·     Mendampingi jalannya projek profil dan melakukan pengelolaan sumber daya satuan pendidikan secara transparan dan akuntabel.

·     Membangun komunikasi untuk kolaborasi antara orang tua peserta didik, warga satuan pendidikan, dan narasumber pengaya projek profil: masyarakat, komunitas, universitas, praktisi, dsb.

·     Mengembangkan komunitas praktisi di satuan pendidikan untuk peningkatan kompetensi pendidik yang berkelanjutan

·     Melakukan coaching secara berkala bagi pendidik 6. Merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, dan mengevaluasi pengembangan aktivitas dan asesmen projek profil yang berpusat pada peserta didik.

 

2. Pendidik (fasilitator)

·     Perencana projek - Melakukan perancangan tujuan, alur kegiatan, strategi pelaksanaan, dan asesmen projek secara berkelanjutan.

·     Fasilitator - Memfasilitasi peserta didik dalam menjalankan projek yang sesuai dengan minatnya, dengan pilihan cara belajar dan produk belajar yang sesuai dengan preferensi peserta didik.

·     Pendamping - Membimbing peserta didik dalam menjalankan projek, menemukan isu yang relevan, dan mengarahkan peserta didik dalam merencanakan aksi yang berkelanjutan.

·     Supervisor dan konsultan - Mengawasi dan mengarahkan peserta didik dalam pencapaian projek, memberikan saran dan masukan secara berkelanjutan untuk peserta didik, dan melakukan asemen performa peserta didik selama projek berlangsung.

·     Moderator - Memandu peserta didik dalam berbagai aktivitas diskusi.

 

3. Peserta didik

·     Mengasah komitmen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati.

·     Mengembangkan kemandirian untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai minat dan kemampuan yang dimiliki.

·     Melakukan refleksi secara konsisten dan berkelanjutan untuk memahami potensi diri dan mengoptimalkan kemampuan.

 

Tema projek penguatan profil pelajar Pancasila  

1.   Gaya Hidup Berkelanjutan Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema:

• Jakarta: situasi banjir

• Kalimantan: hutan sebagai paru-paru dunia

• Daerah pedesaan: pemanfaatan sampah organik

 

2.   Kearifan Lokal Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya. Peserta didik mempelajari bagaimana dan mengapa masyarakat lokal/ daerah berkembang seperti yang ada, konsep dan nilai-nilai di balik kesenian dan tradisi lokal, serta merefleksikan nilai-nilai apa yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan mereka. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema:

• Jawa Barat: sistem masyarakat di Kampung Naga

• Papua: sistem masyarakat di Lembah Baliem

• SMK tata kecantikan: eksplorasi seni pranata acara adat Jawa

 

 

3.    Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan anti kekerasan, belajar membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik juga mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis dan reflektif menelaah berbagai stereotip negatif dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema: Menangkap isu-isu atau masalah keberagaman di lingkungan sekitar dan mengeksplorasi pemecahannya.

 

 

4.   Bangunlah Jiwa dan Raganya Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya. Peserta didik melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah-masalah terkait kesejahteraan diri (wellbeing), perundungan (bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya. Mereka juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan reproduksi. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema: Mencari solusi untuk masalah cyber bullying yang marak di kalangan remaja.

 

 

5.   Suara Demokrasi Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem, menjelaskan keterkaitan antara peran individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila. Melalui pembelajaran ini peserta didik merefleksikan makna demokrasi dan memahami implementasi demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja. Tema ini ditujukan untuk jenjang SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema: Sistem musyawarah yang dilakukan masyarakat adat tertentu untuk memilih kepala desa.

 

6.   Rekayasa dan Teknologi Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan diri dan sekitarnya. Peserta didik dapat membangun budaya smart society dengan menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan penerapan teknologi, mensinergikan aspek sosial dan aspek teknologi. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/ MAK, dan sederajat.

Contoh kontekstualisasi tema: Membuat desain inovatif sederhana yang menerapkan teknologi untuk menjawab permasalahan di sekitar satuan pendidikan

 

 

7.   Kewirausahaan Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini, kreativitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta didik juga membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat, menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja profesional penuh integritas. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan sederajat. Karena jenjang SMK/MAK sudah memiliki mata pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan, maka tema ini tidak menjadi pilihan untuk jenjang SMK.

Contoh kontekstualisasi tema: Membuat produk dengan konten lokal yang memiliki daya jual.

 

 

Bagaimana Mengembangkan Modul dan Asesmen P5?

Lihat dalam Panduan Pengembangan P5 dari Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek di sini.   






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Thank You Myspace Comments

Pengikut

 

Copyright © 2009 by MEDIA BELAJAR